Sabtu, 05 Desember 2009

Proposal Kajian Pengembangan Ekonomi Perbatasan

Sabtu, 05 Desember 2009 0

LATAR BELAKANG

Berbagai permasalahan yang terjadi di wilayah perbatasan negara Republik Indonesia hingga saat ini masih belum teratasi secara sistematis dan terpadu. Untuk mewujudkan wilayah perbatasan sebagai beranda depan NKRI seperti yang dicita-citakan, berbagai program dan kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan fisik, sosial dan ekonomi perlu segera dilaksanakan.

Secara umum wilayah perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu mempunyai potensi ekonomi yang beraneka ragam mulai dari sektor pertanian- perkebunan, perikanan serta peternakan. Ditinjau dari sudut pembangunan ekonomi, potensi-potensi tersebut nantinya sangat berpengaruh pada indikator perkembangan wilayah. Salah satu indikatornya adalah adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan perluasan kesempatan kerja.

Dari berbagai permasalahan yang timbul serta potensi pengembangan yang ada di wilayah perbatasan maka perlu dilakukan langkah-langkah pembangunan secara bertahap dan berkesinambungan. Salah satu tahap awal untuk mempercepat pembangunan di wilayah perbatasan adalah dengan membuat suatu kajian pembangunan agar aksi aksi yang akan diterapkan nantinya bisa berjalan lebih efektif dan efisien.

RUMUSAN MASALAH

Pada saat ini beberapa kecamatan di wilayah perbatasan belum dapat mengembangkan potensi di wilayahnya sendiri secara optimal, padahal dengan mengembangkan potensi yang ada secara ideal akan dapat meningkatkan perkembangan wilayah yang lebih signifikan. Untuk itulah dalam studi ini akan dikaji bagaimana menggali sektor unggulan yang potensial dan memiliki keunggulan komparatif yang ada dengan harapan dapat meningkatkan perekonomian wilayah tersebut pada khususnya dan pengembangan wilayah pada umumnya. Secara lebih spesifik dalam rencana kajian ini akan dirumuskan masalah bagaimana arahan pengembangan sektor ekonomi unggulan dalam mendukung pengembangan wilayah.

TUJUAN KAJIAN

Tujuan dari kajian ini adalah menentukan arahan pengembangan sektor ekonomi

unggulan dalam mendukung pengembangan wilayah kecamatan-kecamatan di wilayah perbatasan.

SASARAN KAJIAN

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dalam kajian ini adalah:

1. Mencari hirarki masing-masing desa yang ada di kecamatan perbatasan serta menetapkan pusat bagian wilayah pengembangannya.

2 .Menentukan sektor ekonomi unggulan pada masing-masing bagian wilayah pengembangannya.

3. Menyusun indikasi program pengembangan sektor ekonomi unggulan
di wilayah kecamatan perbatasan.

BATASAN MATERI

Dalam kajian ini batasan pembahasan materinya adalah menentukan hirarki desa dan pusat pertumbuhan serta wilayah dan menentukan sektor ekonomi unggulan masing-masing wilayah pertumbuhan serta menetapkan arahan pengembangannya.

LINGKUP WILAYAH

Untuk ruang lingkup wilayah kajiannya adalah kecamatan-kecamatan di wilayah perbatasan yang terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan antara Kecamatan Puring Kencana, Kecamatan Empanang, Kecamatan Badau, Kecamatan Batang Lupar, Kecamatan Embaloh Hulu, Kecamatan Putussibau Utara dan Kecamatan Putussibau Selatan.

Jumat, 04 Desember 2009

TEORI SISTEM DUNIA

Jumat, 04 Desember 2009 1
Teori-teori yang mencoba mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada teori ketergantungan, yakni :
I. Teori Liberal : Sanjaya Lall
Kritik dari teori ketergantungan datang dari Sanjaya Lall yang mengatakan agar konsep ketergantungan dapat dipakai untuk menyusun teori ada dua kriteria yang harus dipenuhi : Gejala ketergantungan ini harus hanya ada di negara-negara yang ekonominya tergantung, dan tidak di negara-negara yang tidak tergantung; Gejala ini mempengaruhi perkembangan dan pola pembangunan di Negara-negara yang tergantung. Lall juga menjumpai konsep ketergantungan bersifat yang kabur. Tidak jelas karena tergantung sebuah Negara menjadi terbelakang atau karena terbelakang Negara menjadi tergantung.
II. Bill Warren
Warren membantah inti Teori Ketergantungan, yakni bahwa perkembangan kapitalisme di Negara – Negara pusat dan pinggiran berbeda, sedangkan kapasitas di Negara manapun sama. Inti dari kritik Bill Warren adalah dalam kenyataannya Negara – Negara yang tergantung menunjukkan kemajuan dalam pertumbuhan ekonomi dari proses industri alisasi. Bahkan kemajuan ini mengarah pada pembangunan yang mandiri. Bagi Warren, Negara – Negara pinggiran jelas bias berkembang dan bisa menyelenggarakan pembangunan secara mandiri.
III. Teori Artikulasi
Teori Artikulasi pertama kali dikembangkan oleh antropolog Perancis seperti Claude Meillasoux dan Pierre Philippe Rey bertitik tolak dari konsep formasi sosial. Dalam Marxisme, di kenal konsep cara produksi (mode of production). Teori Artikulasi berpendapat bahwa kapitalisme di Negara – Negara pinggiran tidak bisa berkembang karena artikulasinya, atau kombinasi unsur – unsurnya tidak efisien. Bagi Teori Artikulasi, kegagalan dari kapitalisme di Negara – Negara Dunia Ketiga karena cara produksinya lain dengan di Negara – Negara maju sehingga kapitalisme berkembang secara murni.
IV. Immanuel Wallerstein : Teori Sistem Dunia
Teori Sistem Dunia muncul karena Teori Ketergantungan dianggap tidak bisa menjelaskan gejala pembangunan di Dunia Ketiga. Yang bisa dijelaskan hanyalah gejala terjadinya keterbelakangan. Wallerstein beranggapan bahwa dulu dunia dikuasai oleh sistem – sistem kecil atau mini dalam bentuk kerajaan atau bentuk pemerintahan lainnya. Perekonomian dunia adalah satu – satunya sistem dunia yang ada dan sebagai kekuatan yang menggerakan Negara – Negara di dunia.
created by wismo adhityo 1
Wallerstein membagi tiga kelompok Negara yaitu : pusat, setengah – pinggiran dan pinggiran. Perbedaan inti dari ketiga kelompok ini adalah kekuatan ekonomi dan politik dari masing – masing kelompok. Bagi Wallerstein perubahan dari negara pinggiran ke semi-pinggiran tergantung pada keberhasilan negara pinggiran melaksanakan salah satu atau kombinasi dari tiga alternatif strategi pembangunan yaitu strategi menangkap dan memanfaatkan kesempatan, strategi promosi dengan undangan, dan atau strategi berdiri di atas kaki sendiri.
Menurut Wallerstein ada berbagai cara yang dapat ditempuh untuk menuju posisi sentral yaitu memperluas jaringan pasar, menurunkan biaya produksi barang dalam negeri, menaikkan kemampuan daya beli riil masyarakat, dan memanipulasi selera konsumen dengan propaganda yang gencar.
Wallerstein berpendapat bahwa sistem pemilikan negara di dalam sistem ekonomi dunia tidak berarti adanya ekonomi sosialis. Negara, baginya, tidak lebih hanya sekedar pemilikan kolektif dari alat-alat produksi, sehinggga negara tidak lain kecuali satu bentuk badan usaha bersama. Hal ini hanya sekedar variasi dan digunakan oleh negara semi-pinggiran untuk mencapai posisi negara sentral dalam sistem kapitalis dunia.
Bagi Wallerestein, dinamika sistem dunia yakni kapitalis global atau ajaran sistem ekonomi-kapitalis dunia., selalu memberikan peluang bagi Negara – Negara yang ada untuk naik atau turun kelas. Sistem dunia dulu memberi keunggulan pada Negara – Negara yang bisa menghasilkan komoditi primer, pada saat lain keunggulan ini beralih kepada Negara – nagara yang mengembangkan industrinya. Kalau pada Teori Ketergantungan faktor eksternal ini adalah Negara – Negara pusat yang lebih kuat, pada Teori Sistem Dunia faktor eksternal ini adalah sistem dunia yang merupakan hasil interksi dari Negara – Negara yang ada.
Teori Artikulasi dan Teori Sistem Dunia merupakan dua teori baru dalam kelompok teori – teori pembangunan, yang mencoba memecahkan masalah – masalah yang terdapat pada Teori Ketergantungan. Teori Artikulasi merupakan pengembangan dari “ teori “ yang dikembangkan oleh Fernando Hendrique, Cardoso, sedangkan Teori Sistem Dunia dari Teori Ketergantungan Andre Gunder Frank.
created by wismo adhityo 2
Perbandingan antara teori dependensi dan perspektif sistem dunia disajikan pada tabel berikut :
No
Elemen Perbandingan
Teori Dependensi
Perspektif Sistem Dunia
1.
Unit analisa
Negara-bangsa
Sistem dunia
2.
Metode kajian
Historis-struktural masa jaya dan surut negara-bangsa
Dinamika sejarah sistem dunia; kecenderungan sekuler (pencaplokan, komersialisasi agraria, industrialisasi, prole-tarianisasi) dan irama per-putaran (siklus)
3.
Struktur teori
Dwi kutub (sentral dan pinggiran)
Tri kutub (sentral, semi-pinggiran, pinggiran)
4.
Arah pembangunan
Deterministik, ketergantungan selalu merugikan
Kemungkinan, mobilitas naik dan turun.
5.
Arena kajian
Negara pinggiran
Negara pinggiran, semi pingggiran, dan sentral; sistem ekonomi
Dari tiga aliran utama Teori Pembangunan, hanya Teori Sistem Dunia yang secara sungguh-sungguh memanfaatkan dunia sebagai unit analisa dan mampu memberi sumbangan yang berarti untuk menguji dinamika global dunia, yang biasanya diabaikan oleh Teori Modernisasi maupun Teori Depedensi.
Secara keseluruhan dalam menanggapi semua kritik, para pemerhati teori ‘Sistem Dunia’ mengakui, bahwa konsep ’Sistem Dunia’ hanya merupakan alat penelitian yang diharapkan bahwa perspektif ‘Sistem Dunia’ ini di kemudiannya mampu menguji perkembangan sejarah lokal dan setelah itu mencoba tetap menangkap makna dari kelas sosial yang berlaku sebagai salah satu penentu dari proses dan dinamika.
Keberhasilan pembangunan ekonomi di Hong Kong, melahirkan dua pertanyaan utama. Pertama, apa dan bagaimana menjelaskan keberhasilan pembangunan ekonomi di Hong Kong. Kedua, apa yang dapat disumbangkan keberhasilan pembangunan ekonomi tersebut bagi pengembangan dan atau pembaharuan teori-teori pembangunan.
Kesimpulan secara ringkas, adalah ada kemungkinan yang bermanfaat jika hasil kajian dari teori ’dependensi’ diperbandingkan dengan hasil kajian teori ’Sistem Dunia’ pada skala nasional. Keduanya memiliki kesamaan usaha dalam
created by wismo adhityo 3
menguji hubungan timbal balik antara dinamika internal dan eksternal. Namun perbedaannya terdapat pada jangkauan dan perlakuan tentang arah masa depan pembangunan. Teori dependensi baru lebih memperhatikan negara-negara pinggiran, sedangkan teori ‘Sistem Dunia’ menjangkau lebih luas dengan menguji negara pinggiran, negara semi-pinggiran, dan negara sentral. Teori ’dependensi baru’ menganggap negara dunia ketiga tidak mungkin dapat lepas dari ketergantungannya, sedangkan teori ’sistem dunia’ berpendapat bahwa pada situasi dan kondisi tertentu negara dunia ketiga memiliki kesempatan untuk melakukan mobolitas vertikal dalam tata ekonomi dunia.
SUMBER : MK. Teori Pembangunan /MPKD

TEORI KETERGANTUNGAN

Teori Ketergantungan adalah merupakan salah satu kelompok dari Teori Struktural yang menekankan lingkungan material manusia, yakni organisasi kemasyarakatan beserta sistem imbalan-imbalan material yang diberikannya, perubahan-perubahan pada lingkungan material manusia termasuk perubahan-perubahan teknologi. Ada dua induk teori ketergantungan Pertama adalah seorang Ekonom Liberal, yakni Raul prebish. Induk kedua adalah teori-teori Marxis tentang imperialisme dan kolonialisme.
1. Raul Prebish : Industri Subsitusi Impor.
Pada tahun 1950, Presbich menerbitkan karyanya yang berjudul The Economic Development of Latin America and its Principal Problems. Teori Pembagian Kerja Secara Internasional, didasarkan pada Teori Keunggulan Komparatif, membuat negara-negara di dunia melakukan spesialisasi produksinya, sehingga negara didunia terpecah menjadi dua kelompok, negara-negara pusat yang menghasilkan barang industri dan negara-negara pinggiran yang menghasilkan produksi pertanian. Menurut teori di atas, seharusnya keduanya saling beruntung dan sama-sama kaya, tetapi kenyataan menunjukkan hal yang sebaliknya. Ini dikarenakan terjadinya penurunan nilai tukar dari komoditi pertanian terhadap komoditi industri, yang akhirnya menimbulkan defisit neraca perdagangan secara terus menerus. Atas dasar analisisnya ini, Prebish berpendapat bila ingin keluar dari ketertinggalan ini, negara pinggiran harus melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri subsitusi impor, pemerintah perlu melindungi industri yang baru tumbuh ini melalui kebijakan proteksi. Bagi Prebisch, campur tangan pemerintah merupakan sesuatu yang sangat penting untuk membebaskan negara-negara ini dari rantai keterbelakangannya.
2. Perdebatan tentang Imperialisme dan Kolonialisme
Ada tiga kelompok yang memberikan jawaban terhadap dorongan utama bagi bangsa Eropa melakukan ekspansi keluar dan menguasai bangsa-bangsa lain (imperialisme dan Kolonialisme), baik secara polotis maupun ekonomis adalah sebagai berikut:
a. Teori God
Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa motifasi utama dari orang-orang Eropa untuk mengarungi samudra dan bertualang di negara-negara lain adalah untuk menyebarkan agama dan menciptakan dunia lebih baik.
b. Teori Glory
created by wismo adhityo 1
A. Schumpeter, salah satu pencetus teori ini membantah bahwa imperialisme dan kolonialisme digerakkan oleh dorongan ekonomi, dengan memberikan bukti bahwa banyak negara Eropa sebenarnya mengalami kerugian secara ekonomi melainkan kehausan akan kekuasaan dan kebesaran.
c. Teori Gold
Teori ini menjelaskan imperialisme dan kolonialisme melalui motivasi keuntungan ekonomi, teori ini juga yang menekankan pada keserakahan manusia, yang selalu berusaha mencari tambahan kekayaan, yang termasuk dalam teori ini adalah A.Habson dan V.I. Lenin.
3. Paul Baran : Sentuhan yang Mematikan dan Kretinisme
Bila Marx mengatakan bahwa sentuhan negara-negara kapitalis maju kepada negara-negara pra-kapitalis yang terkebelakang akan membangunkan negara tersebut untuk berkembang seperti negara-negara kapitalis di Eropa, maka Baran berpendapat lain, baginya sentuhan ini akan mengakibatkan negara-negara pra-kapitalis tersebut terhambat kemajuan dan akan terus hidup dalam keterbelakangan. Perkembangan kapitalisme di negara pinggiran berbeda dengan perkembangan kapitalisme di negara-negara pusat. Di negara pinggiran, sistem kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme. Orang yang dihinggapi penyakit ini tetap kerdil dan tidak bisa besar.
Teori Ketergantungan menyatakan bahwa (1) negara-negara pinggiran yang pra kapitalis mempunyai dinamika sendiri yang bila tidak disentuh oleh negara-negara kapitalis maju akan berkembang secara mandiri, dan (2) justru karena sentuhan negara-negara kapitalis maju ini, perkembangan negara-negara pinggiran menjadi terhambat. Dengan demikian, menurut Teori Ketergantungan, keterbelakangan yang terjadi di negara-negara pinggiran disebabkan oleh adanya sentuhan ini (faktor eksternal).
Tokoh Teori Ketergantungan Klasik
1. Andre Gunder Frank : Pembangunan dan Keterbelakangan
Keterbelakangan di negara pinggiran (oleh Frank disebut negara satelit) akibat langsung dari terjadinya pembangunan di negara pusat (oleh Frank disebut negara metropolis). Menurut Frank, ciri-ciri dari perkembangan kapitalisme satelit adalah (1) kehidupan ekonomi yang tergantung (2) terjadinya kerjasama antara modal asing dengan klas-klas yang berkuasa di negara-negara satelit, yakni para pejabat pemerintah, klas tuan tanah dan klas pedagang, dan (3) terjadinya ketimpangan antara yang kaya (klas yang dominan yang melakukan eksploitasi) dan yang miskin (rakyat jelata yang dieksploitir) di nagara-negara satelit. Bagi Frank,
created by wismo adhityo 2
keterbelakangan hanya bisa diatasi melalui revolusi, yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis.
2. Theotonio Dos Santos : Struktur Ketergantungan
Ia menyatakan bahwa perkembangan negara pinggiran hanya bayangan dari negara-negara pusat atau metropolis atau perkembangan ikutan yang tergantung. Impuls dan dinamika perkembangan itu berasal negara induknya. Bila negara induknya mengalami krisis, negara satelitnya pun ikut kejangkitan krisis. Disini Santos membedakan tiga bentuk ketergantungan, yaitu : Ketergantungan Kolonial, Ketergantungan Finansial - Industrial, dan Ketergantungan Teknologi-industri.
3. Samir Amin : Kapitalisme Pinggiran
Kapitalisme pinggiran berbeda dengan kapitalisme pusat dengan ciri mengarah pada elspor, hipertropi pada sektor tersier, bercorak sosial kapitalis.
Bantahan Teori Ketergantungan : Industrialisasi di Negara Pinggiran
Bill warren menunjukkan bahwa proses industrialisasi memungkinkan pertumbuhan ekonomi di Dunia Ketiga. Pendapat Warren mendapat dukungan dari Fernado Henrique Cardoso dan Peter Evans dimana mereka meyakini bahwa pembangunan dan industrialisasi memang terjadi di negara pinggiran. Pada akhirnya melahirkan apa yang disebut oleh Peter Evans sebagai Aliansi Tripel, yaitu kerjasama antara: (1) Modal asing, (2) pemerintah di negara pinggiran yang bersangkutan, dan (3) borjuasi lokal. Modal asing, melalui perusahaan-perusahaan multinasional raksasa, melakukan investasi di negara pinggiran tersebut.
Kritik Terhadap Teori Ketergantungan :
1. Kritik Packenham
Salah satu kritik menarik dari kelompok teori liberal datang dari Robert A. Packenham. Menurutnya disamping kekuatan, Teori Ketergantungan juga mempunyai kelemahan yaitu hanya menyalahkan kapitalisme sebagai penyebab ketergantungan. Tidak mendefinisikan secara jelas tentang konsep ketergantungan. Pembicaraan tentang proses sebuah Negara bisa keluar dari ketergantungan sedikit sekali, bahkan Frank hanya menawarkan Revolusi Sosialis sebagi jalan keluarnya. Ketergantungan selalu dianggap sebagai sesuatu yang negative, Teori Ketergantungan sangat menekankan konsep kepentingan kelompok, kelas dan Negara. Kepentingan antara Negara pusat dan Negara pinggiran tidak selalu bersifat zero-sum game (bila satu menang maka lainnya kalah) karena bisa saja keduanya mendapat keuntungan.
2. Penelitian Chase Dunn
created by wismo adhityo 3
Christopher Chase Dunn menganggap investasi modal asing dan utang tidak selalu berakibat negatif pada pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pada pemerataan pendapatan, investasi tersebut dapat juga positif bagi ekonomi negara pinggiran, dalam arti Modal asing langsung memproduksi barang dan menimbulkan permintaan barang-barang lain yang dibutuhkan bagi produksi; Utang luar negeri membiayai pembangunan sarana yang dibutuhkan untuk pembangunan; dan Transfer teknologi, perbaikan kebiasaan kerja, modernisasi organisasi
3. Komentar Cardoso
Usaha untuk mengerti terjadinya keterbelakangan itu dituangkan dalam analisis yang bersifat kualitatif, karena banyak persoalan yang tidak bisa dikuantifikasikan. Cardoso membalas kritik Packenham yang dianggap mau memformalkan Teori ketergantungan menjadi seperangkap konsep yang bisa diukur dan bersifat a-historis, seakan-akan konsep ini bisa berlaku dalam segala situasi dan kapan saja. Cardoso mengkritik Chase Dunn dalam usahanya mengkuantifikasikan konsep-konsep masalah ketergantungan dan menyalahkan Frank, yang mereduksikan masalah ketergantungan menjadi dikotomi antara kekuatan imperialis negara-negara maju dengan negara-negara yang terkebelakang.
Teori dependensi baru adalah teori yang muncul akibat adanya kritik terhadap teori dependensi. Beberapa tokoh yang termasuk dalam teori dependensi baru diantaranya; Fernando Henrique Cardoso, Thomas B Gold, Hagen Koo, dan Mohtar mas’oed.
Tanggapan Teori Dependensi : Rumusan Cardoso
Menurut cardoso, terdapat tiga rumusan dalam teori “ketergantungan”. Yaitu pertama, metode historis struktural. Kedua, adanya pengaruh faktor ekstern dan faktor intern yang menjadi penyebab ketergantungan dan keterbelakangan. Dari sisi intern, fokus pada masalah ekonomi, sosial dan politik. Persoalan pembangunan yang ada di dunia tidak dapat dibatasi hanya pada industri substitusi impor, strategi pertumbuhan, orientasi ekspor atau tidak, pasar domestik atau dunia. Namun justru pada ada atau tidaknya gerakan kerakyatan dan kesadaran kepentingan politik rakyat. Dalam faktor ekstern, dominansi ekstern akan mewujud sebagai kekuatan intern. Ketiga, adanya kemungkinan bahwa pembangunan dan ketergantungan mewujud secara bersama yang memunculkan ketergantungan yang lebih dinamis.
Pada sisi yang lain, menurut cardoso terdapat beberapa dampak negatif dari teori dependensi, yaitu timpanganya distribusi pendapatan dan ketimpangan ekonomi lainnya. Orientasi pembangunan ekonomi pada barang-barang yang tahan
created by wismo adhityo 4
lama yang tidak diperuntukkan rakyat banyak, akan menambah hutang luar negeri. Disamping itu, teknologi yang diterapkan pada dunia ketiga adalah teknologi yang padat modal, bukan padat karya. Hal ini akan menyebabkan ketimpangan, karena tidak menjadikan tumbuhnya sektor barang-barang modal
Thomas B Gold : Pembangunan dan ketergantungan Dinamis di taiwan
Pendapat gold tentang dependensi baru menitikberatkan pada keajaiban pembangunan politik-ekonomi di Taiwan yang dulunya tergolong sebagai negara pinggiran, telah mampu mencapai pertumbuhan ekonomi dan kesentosaan politik yang lebih dari sekedar memadai. Dengan bantuan dari Amerika Serikat, KMT di Taiwan mengubah dirinya menjadi NBO (Negara Birokratik Otoriter). Industrialisasi merupakan program reformasi yang dilakukan untuk meningkatkan ekonomi. Gold menyimpulkan, bahwa jika negara dunia ketiga mampu secara selektif, hati-hati dan terencana membangun hubungan dengan tata ekonomi kapitalis dunia, maka tidak selalu menghasilkan keterbelakangan dan ketergantungan.
Hagen Koo: Interaksi antara Sistem Dunia, Negara dan Kelas di Korea
Koo mencoba melihat pembangunan di Korea selatan dalam kontek yang terus menerus antar negara, kelas sosial dan sistem dunia serta pengaruh dari tiga unsur tersebut secara komulatif dan bersamaan.
Mohtar Mas’oed: Negara Birokarasi Otoriter di indonesia
Negara Birokrasi Otokratik mempunyai beberapa cirti dan karakter diantaranya; Posisi puncak pemerintahan biasanya dipegang oleh organisasi militer, pemerintah atau pengusaha; Terdapat pembatasan partisipasi politik yang ketat (political exclusion); Terdapat pembatasan yang ketat dalam partisipasi ekonomi (economic exclusion); Terdapat depolitisasi dan demobilisasi masa. Secara ringkas, NBO dicirikan oleh adanya peran dominan para birokrat, khususnya militer yang melahirkan kebijaksanaan pembatasan partisipasi politik dan ekonomi serta muncul kebijaksanaan depolitisasi dan demobilisasi
Di Indonesia NBO lahir dikarenakan karena beberapa sebab, pertama adanya warisan krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada tahun 1960-an. Pengaruh Soekarno masih dianggap mempunyai pengaruh yang kuat dan masih mempunyai pendukung yang tidak sedikit. Kedua adanya koalisi intern orde baru yang memaksa untuk segera melakukan restrukturisasi ekonomi secara radikal. Ketiga adanya orientasi ke luar yang dirumuskan oleh orde baru.
created by wismo adhityo 5
Saat itu pendalaman industrialisasi, kebijaksanaan integrasi vertikal belum terjadi , Indonesia cenderumg masih dalam tahap awal pemulihan dari kehancuran, sehingga Mas’oed menyimpulkan untuk kasus indonesia lahirnya NBO lebih disebabkan karena faktor krisis politik. NBO di Indonesia mempunyai beberapa karakteristik yaitu;
1. Pemerintah orde baru berada di bawah kendali militer secara organisatoris yang bekerjasama dengan teknokrat sipil
2. Modal domestik swasta besar yang memiliki hubungan khusus dengan negara, dan modal internasional memiliki peran ekonomis yang sangat menentukan
3. Hampir seluruh bentuk kebijaksanaan dari perencanaan sampai evaluasi sepenuhnya berada ditangan birokrat dan teknokrat
4. Adanya kebijakan demobilisasi masa dalam bentuk kebijakan masa mengambang
5. Dalam menghadapi penentangnya, orde baru tidak segan-segan melakukan tindakan tegas
6. Besarnya otonomi dan peran kantor kepresidenan yang diwujudkan dengan sangat luanya wewenang kantor sekretariat negara, ini merupakan ciri khusus untuk indonesia.
Kesimpulan
- Teori dependensi baru memberikan perhatian pada kemungkinan munculnya ciri ketergantungan yang unik dan khas secara historis seperti yang terjadi di Korea, taiwan dan Indonesia.
- Dengan perspektif dependensi baru negara dunia ketiga tidak lagi dipandang sebagai negara yang bergantung pada asing, tetapi sebagai aktor yang aktif yang secara cerdik berusaha untuk bekerjasana dengan modal domestik dan modal internasional
- Jika negara dunia ketiga mampu secara selektif, hati-hati dan terencana membangun hubungan dengan tata ekonomi kapitalis dunia, maka akan bisa membebaskan dari keterbelakangan dan ketergantungan.
Sumber : MK. Teori Pembangunan / MPKD

Teori Pembangunan & Pemberdayaan Masyarakat

Mengapa Negara Dunia III tidak pernah maju

Pada awal kemerdekaannya, negara-negara baru yang terbentuk ini adalah negara miskin. Para pemimpinnya bercermin pada negara dunia I, menganggap bahwa industri merupakan kunci menuju negara modern dan makmur. Sehingga negara dunia ketiga/berkembang mulai membangun industri di kota-kota dengan harapan dapat menjadi negara industri (seperti negara maju). Dilakukan dengan harapan bila kota telah jenuh, pembangunan akan melebar ke desa² sekitar. Pembangunan yang hanya dilakukan dikota², daerah pedesaan mengalami kekurangan lapangan pekerjaan yang merangsang arus urbanisasi. Tapi perkembangan tersebut (industri) tidak dibarengi dengan kemajuan dibidang pertanian, padahal pertanian merupakan syarat penting dalam menopang pembangunan jangka panjang. Hal ini disebabkan karena arus urbanisasi dan pemerintah enggan untuk mengurus sistem pertanian, banyak negara mulai merasa kekurangan pangan. Negara yang tadinya dapat menyediakan sendiri makanan bagi penduduk mereka bahkan dapat mengekspor bahan pangan akhirnya harus mengimpor bahan pangan.

Sementara negara maju memberikan bantuan dana dan mengirimkan tenaga-tenaga teknis untuk membantu proses pembangunan yang sedang berjalan dan dipercaya bahwa teknologi barat dan system nilai mereka dapat ditularkan. Di sisi lain bantuan dana tersebut seharusnya ditujukan langsung kepada orang-orang miskin tapi kenyataan yang ada dana bantuan yang diberikan selalu salah alamat. Disisi lain negara² dunia ketiga mengeluh tentang program bantuan dan menunjukkan kekecewaan pada kondisi perdagangan. Sehingga memunculkan tahap dari tumbuhnya skeptisme dan ketidakpastain pembangunan.

Munculnya negara ketiga merupakan negara yang pendapatan perkapitanya rendah, tingkat harapan hidup rendah, tingkat kematian bayi tinggi, tingkat pendidikan rendah dan sektor ekonomi bertumpu pada pertanian. Sedangkan negara dunia pertama adalah kapitalis dan negara kedua adalah negara komunis.

Menurut Marxis dan Lenin mengatakan bahwa keterbelakangan disebabkan karena arus trasnfer dana dari negara miskin ke negara-negara kaya. Pembangunan dan kemakmuran di negara maju berhubungan langsung dengan keterbelakangan yang terjadi diluarnya. Investasi asing, ketidaksamaan perdagangan justru menjadikan negara miskin tersbut menjadi lebih miskin (Frank 1966 “Pembangunan keterbelakangan”)

Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa (1) proses pembangunan sangatlah kompleks, (2) tidak ada satu model pembangunan yang dapat diterapkan dimana-mana, (3) perbedaan histori menyebabkan jalan yang telah ditempuh oleh negara² maju dalam berkembang tidak dapat dipindahkan dengan sukses dari negara maju ke negara terbelakang, (5) dalam tahap awal pembangunan industri, metode produksi yang canggih tidaklah tepat sebab mahal, menciptakan sedikit lapangan kerja dan membutuhkan ketrampilan tinggi (6) Negara yang mempunyai kepentingan dinegara ketiga berusaha untuk menghalangi perkembangan dan menumbangkan perubahan radikal yang mengancam kekayaan dan kekuatan mereka.

Paul Prebisch dan Hans Siner (paham strukturalis) berpendapat bahwa satu-satunya cara agar negara dunia III dapat menghilangkan rintangan² adalah melalui tindakan² yang dilakukan negara. Negara harus mendorong terjadinya industrialisasi dan harus mengurangi ketergantungan perdagangan mereka pada negara dunia I serta meningkatkan perdagangan antara negara-negara dunia ketiga.

Statisme di Negara Dunia III

Para perencana pembangunan di Asia Selatan dan Afrika menawarkan beberapa pilihan :

1. memutuskan hubungan ekonomi nasional dengan ekonomi dunia, dan mencoba membangun ekonomi nasional melalui proses pembangunan pribumi (model autarky)

2. menarik perusahaan-perusahaan asing untuk membangun sektor industri

3. menggunakan kekuasan negara untuk menghimpun sumberdaya yang diperlukan

Sebagian bagian besar negara² dunia III memilih strategi pembangunan yang menggabungkan pendekatan kedua dan ketiga serta keunggulan kompetitif daripada memilih model autarky. Dengan pendekatan ini pemerintah akan memperoleh pendapatan untuk investasi melalui penjualan ekspor impor tradisional, dikenal dengan “Import Subtitution Industrialization” (ISI) : kondisi dimana suatu negara berkeinginan untuk memproduksi barang jadi sendiri.

Pembangunan menurut Gandhi adalah suatu konsep normatif yang menyiratkan pilihan² tujuan untuk mencapai apa yang disebut sebagai realisasi potensi manusia.

Todaro : proses multidimensional yang mencakup perubahan² penting dalam struktur sosial, sikap² rakyat dan lembaga² nasional, akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan (inequality) & pemberantasan kemiskinan absolut.

Konsepsi pembangunan yang lebih luas dan tidak hanya mencakup pertumbuhan melainkan juga kapasitas, keadilan & penumbuhan kuasa serta wewenang.

Kajian Perbatasan ( BAB III )

ALTERNATIF MODEL PENGEMBANGAN WILAYAH PERBATASAN

Pengembangan wilayah perbatasan pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan dan meningkatkan kegiatan-kegiatan ekonomi dan perdagangan antara kedua negara yang akan memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat dan peningkatan pendapatan negara melalui kegiatan ekspor dan impor. Lokasi wilayah perbatasan darat di Kabupaten Kapuas Hulu pada umumnya homogen, yaitu berada pada areal hutan yang telah dikembangkan dengan kegiatan ekonomi dan perdagangan yang terbatas. Berdasarkan pemahaman terhadap kondisi alam dan permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, wilayah perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu dapat dikembangkan dengan model-model pengembangan wilayah, sebagai berikut:

(1) model pusat pertumbuhan.

(2) model transito.

(3) model stasion riset dan wisata ekologi.

(4) model kawasan agropolitan.

Setiap model pengembangan wilayah perbatasan tersebut memiliki komponen pembentuk masing-masing yang sesuai dengan sifat (karakteristik) dan kebutuhan pengembangannya. Dalam pengembangan model model kawasan di atas, pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi serta kebijakan pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu.

  1. Model Pusat Pertumbuhan.

Pengembangan pusat pertumbuhan di wilayah perbatasan perlu dilakukan secara bertahap, mulai dari usaha perdagangan dan jasa, pergudangan, industri sampai kegiatan prosesing yang menggunakan bahan baku dari kedua negara, sehingga dibutuhkan suatu kawasan berikat dan pelabuhan bebas (dry port). Pengembangan wilayah perbatasan menjadi pusat-pusat pertumbuhan sangat dibatasi oleh faktor alam. Dengan panjang perbatasan berada di 5 kecamatan, maka pengembangan kawasan kawasan industri ini perlu disesuaikan dengan pusat-pusat pertumbuhan yang ada di negara tetangga. Pusat-pusat pertumbuhan baru ini diharapkan menjadi kota-kota perbatasan yang maju dengan tingkat kemakmuran yang lebih baik dibandingkan wilayah-wilayah di sekitarnya. Sistem kota-kota di perbatasan yang terbentuk ini diharapkan dapat mengefisienkan berbagai pembangunan infrastruktur yang akan dilakukan. Kota-kota perbatasan yang diharapkan tumbuh ini dapat dikondisikan dengan pengembangan kawasan-kawasan fungsional yang memang dibutuhkan saat ini sebagai embrio tumbuhnya kota-kota di perbatasan. Dari hasil evaluasi potensi dan kendala yang ada, beberapa tipe kawasan khusus yang akan dikembangkan perlu disertai dengan berbagai insentif seperti prasarana wilayah, finansial, dan kelembagaan. Beberapa kawasan khusus yang dibutuhkan bagi pengembangan model pusat pertumbuhan di wilayah perbatasan ini adalah:

a. Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB)

Setiap wilayah perbatasan darat dilengkapi dengan pintu perbatasan (border gate) resmi yang digunakan sebagai satu-satunya sarana akses keluar dan masuk bagi orang maupun barang. Di wilayah pintu perbatasan tersebut perlu dilengkapi dengan pos pemeriksaan lintas batas (PPLB). Fungsi PPLB pada dasarnya adalah untuk memeriksa setiap kegiatan, baik orang maupun barang, yang melintasi perbatasan negara. Dengan meningkatnya aksi terorisme internasional dan berbagai kegiatan ilegal seperti penyeludupan kayu dan tenaga kerja ilegal, PPLB saat ini dituntut tidak hanya mengurusi permasalahan CIQ (Bea Cukai, Imigrasi dan Karantina), tetapi juga keamanan atau security. Kewenangan yang ada pada PPLB saat ini hanya direncanakan untuk menangani pergerakan orang, sehingga untuk wilayah di perbatasan yang telah tumbuh menjadi pusat pertumbuhan baru, kewenangan PPLB tidaklah cukup. Hal inilah yang mendorong beberapa daerah yang memiliki wilayah perbatasan untuk mengembangkan kawasankawasan khusus lain seperti kawasan berikat, pelabuhan darat ataupun free trade zone/FTZ, karena kewenangannya lebih luas untuk mengembangkan wilayah perbatasan.

b. Kawasan Berikat

Kawasan berikat di wilayah perbatasan mempunyai fungsi sebagai kawasan pengolahan produk untuk tujuan ekspor yang memanfaatkan banyak bahan baku maupun bahan penolong dari luar negeri dengan tujuan untuk diekspor kembali. Kawasan ini umumnya berada dekat dengan kawasan pelabuhan bebas. Untuk kasus Sanggau, pelabuhan yang diharapkan menjadi pelabuhan ekspor adalah Kuching, dengan dryport yang terletak di Entikong. Pengembangan kawasan berikat di wilayah perbatasan Kalimantan diharapkan dapat menyerap tenaga kerja serta menahan keinginan TKI untuk bekerja di Malaysia jika dapat menyediakan fasilitas dan gaji yang memadai. Diharapkan banyak TKI yang dapat terserap di kawasan berikat ini karena tenaga kerja yang tujuan awalnya bekerja di Malaysia akan mengurungkan niatnya jika dapat bekerja di kawasan ini tanpa perlu mengurus berbagai surat keimigrasian, dan dapat lebih leluasa bergeraknya karena berada di negeri sendiri. Karena letaknya yang strategis, diharapkan investor negara tetangga Malaysia akan banyak yang menanamkan modalnya mengingat fasilitas tenaga kerja yang berlimpah dengan kedekatan lokasi dengan negaranya, sehingga masalah keamanan juga dapat termonitor dengan baik. Perbedaan pengembangan kawasan berikat di wilayah perbatasan dan di luar wilayah perbatasan adalah:

- Di wilayah perbatasan, pembangunan kawasan berikat ditujukan untuk memberikan fasilitas kerjasama terutama antara dua negara untuk dapat berkompetisi di pasar global, sedangkan untuk kawasan berikat di luar wilayah perbatasan umumnya adalah untuk menarik modal investasi dan kerjasama dari berbagai negara untuk menghasilkan barang yang akan diekspor kembali.

- Karena kerjasama investasi terbatas pada investor dari dua negara maka produk yang dihasilkan juga sangat terbatas dan merupakan gabungan kopetensi kedua negara yang berbatasan, sedangkan untuk kawasan berikat di luar wilayah perbatasan, umumnya gabungan investasi dari berbagai negara.

- Untuk kawasan berikat di dalam wilayah perbatasan, pasar yang dibidik lebih terbatas dibandingkan kawasan berikat di luar wilayah perbatasan.

c. Kawasan Industri

Kawasan industri merupakan kawasan yang dikhususkan untuk mengolah

bahan baku menjadi bahan yang siap di pasarkan. Oleh karena itu keberadaan kawasan industri di wilayah perbatasan akan sangat menguntungkan bagi kegiatan perdagangan dan ekspor komoditi yang memerlukan proses pengolahan. Selain itu, kawasan industri di perbatasan juga bertujuan untuk menarik investasi dari negara tetangga dengan berbagai fasilitas yang menarik serta tenaga kerja yang berlimpah, selain lokasinya mudah dimonitor dari negara tetangga. Mengingat lokasinya di wilayah perbatasan yang memerlukan efisiensi ruang dan untuk tujuan kemudahan interaksi antar industri serta meminimalkan dan mengendalikan dampak negatif lingkungan yang akan terjadi secara bersamasama, maka berbagai industri pengolahan tersebut perlu dilokalisir. Selain itu dengan melokalisir berbagai industri dalam suatu kawasan, investasi infrastruktur yang ada akan lebih murah daripada harus membangun sendiri-sendiri.

d. Pelabuhan Darat

Pelabuhan darat (dry port) merupakan terminal barang dan peti kemas, dan pengurusan administrasinya untuk keperluan ekspor dan impor antar negara dapat diselesaikan di sini. Kegiatan bongkar-muat dan pergudangan serta terminal baik terminal penumpang maupun terminal penumpukan peti kemas/ barang dilayani seperti halnya di bandara atau pelabuhan laut. Keberadaan pelabuhan darat di wilayah perbatasan sangat dibutuhkan mengingat lalu lintas barang yang dibawa melalui kendaraan darat seperti truk, kontainer dan kendaraan besar lainnya perlu ditampung lebih dahulu sebelum didistribusikan ke tempat lain. Dengan adanya pelabuhan darat di wilayah perbatasan, usaha-usaha jasa ekspedisi pengangkutan, freight forwarder serta jasa-jasa lain akan tumbuh sebagai pendukung usaha kepelabuhanan. Demikian pula usaha-usaha jasa seperti pos, perbankan, air bersih, listrik, transportasi, jasa bongkar muat, peti kemas, pergudangan, bengkel, rumah makan, penginapan serta usaha-usaha pendukung lainnya akan berkembang sejalan dengan perkembangan kegiatan di pelabuhan darat. Di dalam pelabuhan darat atau pelabuhan bebas ini berbagai fungsi PPLB, seperti bea cukai, karantina dan keamanan, ada di dalamnya.

e. Welcome Plaza

Wilayah perbatasan yang merupakan tempat persinggahan atau transit orang yang masuk maupun keluar dari Indonesia, perlu dilengkapi dengan tempat yang dapat menyediakan berbagai benda yang dibutuhkan oleh pelintas batas seperti pertokoan, perbankan dan valuta asing, pusat informasi, dan sebagainya. Dengan adanya usaha industri dan pengangkutan barang serta perpindahan penumpang di wilayah perbatasan yang ramai dengan pelintas batas, maka jasa dan kegiatan komersial lainnya akan tumbuh di kawasan ini. Munculnya jasa dan kegiatan komersial di wilayah ini jika tidak ditata akan menjadi kumuh serta akan menimbulkan kerawanan baik sosial maupun keamanan. Usaha jasa yang dapat tumbuh antara lain: toko cindera mata, tourist information center, perbankan dan penukaran valas, perhotelan dan restoran, toko, supermarket, pasar tradisional, tempat-tempat hiburan, telekomunikasi, listrik dan air bersih, serta usaha jasa dan perdagangan lainnya.

f. Kawasan Permukiman

Karena saat ini penduduk di perbatasan hidup terpencar-pencar dengan jarak yang berjauhan, maka perlu dilakukan pemukiman kembali untuk mengefisienkan pembangunan prasarana dan sarana permukiman yang dibutuhkan. Dengan dibangunnya berbagai kawasan industri, maka dibutuhkan sarana prasarana permukiman yang layak. Pembangunannya perlu dikendalikan dengan ketat jika kawasan ini berdekatan dengan kawasan lindung. Kawasan permukiman yang dibangun dapat ditata lebih baik dengan fasilitas yang memadai jika para pekerja industri di perbatasan dapat menerima gaji yang layak. Ruang terbuka, taman, sekolah dan supermarket harusnya dapat berkembang dengan baik disini, karena selain usaha-usaha industri yang ada, lokasinya juga sangat strategis sebagai lintasan orang dan barang.

  1. Model Transito.

Model transito adalah wilayah perbatasan berfungsi sebagai tempat transit para pelintas batas Indonesia dari dan ke negara tetangga. Kawasan transito diperbatasan terjadi karena interaksi pusat pertumbuhan kedua negara yang berbatasan dapat menciptakan berbagai kegiatan perjalanan antar negara. Dalam model ini tidak diperlukan dryport ataupun terminal, karena dapat dibangun di pusat pertumbuhan negara masing-masing. Untuk keperluan mempercepat proses dan keamanan lintasan barang dan orang, selain PPLB sebagaimana dalam Model Pusat Pertumbuhan, dibutuhkan fungsi-fungsi lain di perbatasan sebagai berikut:

a. Welcome Plaza

Sebagai kawasan yang berfungsi transit, sektor yang dapat diunggulkan adalah jasa dan komersial, terutama perbankan (termasuk money changer yang terdaftar), perhotelan, kesehatan, rumah makan, pos dan telekomunikasi, cindera mata, industri kecil, bengkel dan usaha bongkar muat barang serta jasa-jasa lainnya. Pengembangan kawasan transit harus disesuaikan dengan kondisi daerah yang berbatasan. Selain menjual berbagai jasa dan pelayanan para pelintas batas, kawasan transit ini juga dapat difungsikan sebagai ruang pamer produk, sebagai etalase daerah untuk memperkenalkan produk-produk unggulannya. Selain itu pusat bisnis dapat dibangun di sini dengan berbagai fasilitas yang dibutuhkan.

Seberapa besar fasilitas yang dibutuhkan oleh kawasan transit ini sangat

tergantung pada aktivitas ekonomi kedua wilayah yang membangkitkan

perjalanan antar negara ini. Jika interaksi antar negara yang terjadi hanya sebatas pengiriman TKI ke perkebunan-perkebunan yang ada di Malaysia, maka fasilitas penginapan serta fasilitas kesehatan yang cukup modern harus tersedia di sini, tetapi keberadaan kawasan bisnis bertaraf internasional dirasakan belum mendesak . Jika interaksi di perbatasan sudah masuk pada skala industri dengan pertukaran modal, bahan baku, teknologi dan tenaga terlatih, maka diperlukan infrastruktur bisnis yang cukup besar dan berskala internasional.

b. Kawasan Permukiman

Berkembangnya sektor jasa di kawasan transito akan membawa pengaruh pada pengembangan sektor-sektor pendukungnya yang berada di belakang

(backward lingkage). Salah satunya adalah penyediaan prasarana perumahan dan permukiman bagi orang-orang yang bekerja di kawasan ini. Perbedaan kawasan permukiman di perbatasan dengan wilayah lain adalah, perumahan penduduk akan lebih sedikit dibandingkan jumlah penginapan dan perhotelan yang ada. Kawasan permukiman yang akan tumbuh ini perlu ditata sedemikian rupa sehingga tidak kumuh sehingga dapat dijadikan obyek wisata. Jika sebagai kawasan transito kegiatan ekonomi berkembang pesat, ada kemungkinan dapat berkembang menjadi pusat pertumbuhan baru.

  1. Model Satsiun Risat dan Wisata Ekologi.

Wilayah perbatasan yang terletak di pedalaman Kalimantan khususnya Kabupaten Kapuas Hulu umumnya kaya akan berbagai jenis flora dan fauna, serta budaya lokal yang beraneka ragam. Berbagai keragaman lingkungan dan khasanah budaya ini juga diperkaya dengan lokasinya yang sangat eksotis karena berada di pedalaman yang sulit dijangkau serta berbagai jeram, danau, bukit dan gunung yang sangat baik untuk dijadikan obyek wisata. Untuk dikembangkan sebagai obyek wisata lingkungan dan budaya, perlu dilaksanakan kegiatan riset yang harus dikembangkan di wilayah ini. Dengan adanya stasiun-stasiun riset ini, berbagai aspek budaya dan keanekaragaman hayati akan dapat diungkapkan dan dapat dinikmati oleh para turis dari negara tetangga yang ingin mengetahuinya. Tanpa adanya kegiatan-kegiatan riset ataupun dikaitkan dengan berbagai kegiatan riset, seperti mengadakan wisata riset di lapangan, maka wisata lingkungan di perbatasan akan sulit untuk dikembangkan. Dalam mengembangkan wisata lingkungan di perbatasan, keuntungan yang diperoleh adalah dapat memanfaatkan usaha wisata dan infrastruktur yang telah dikembangkan di negara tetangga untuk dapat disatukan dalam satu jaringan wisata lingkungan yang ditawarkan. Walaupun dapat memanfaatkan infrastruktur yang ada di negara tetangga seperti jalan, pertokoan, fasilitas penginapan dansebagainya, tetapi perlu dipersiapkan juga berbagai prasarana yang ada dipihak Indonesia, supaya para turis dapat lebih lama tinggal. Komponen-komponen model yang harus dikembangkan untuk kawasan riset dan wisata lingkungan adalah:

a. Stasiun Riset

Tidak seperti kawasan wisata lain yang menjual budaya lokal, maka untuk menjual wisata lingkungan, terutama keanekaragaman hayati serta berbagai satwa eksotis yang ada di hutan perbatasan ini diperlukan suatu pengetahuan yang cukup memadai. Wisata alam dan lingkungan ini harus dipadukan dengan stasion riset, dimana para turis, baik para peneliti mancanegara maupun masyarakat awam, yang akan berkunjung di kawasan ini dapat dipandu dengan baik. Untuk lebih mendidik wisatawan perlu dikembangkan program kursus singkat atau penelitian singkat yang pesertanya dari seluruh dunia dengan sistem outdoor, ataupun dokumentasi dan ruang pamer, musium mini serta berbagai fasilitas riset biologi dalam bentuk stasion riset. Stasion riset ini bersatu dengan kawasan budaya lokal dan pemukiman penduduk, dimana dalam wisata riset yang dikembangkan para turis ataupun peserta penelitian dapat berinteraksi dengan penduduk lokal. Selain stasion riset, di kawasan ini juga dapat dibangun laboratorium alam, serta pusat-pusat penelitian lainnya yang berbasiskan kehutanan, lingkungan hidup, biologi dan budidaya pertanian/perkebunan.

b. Kawasan Wisata Lingkungan

Untuk dapat menyelenggarakan acara riset lapangan ataupun kegiatan wisata ke kawasan-kawasan yang terpencil dan eksotis ini, perlu suatu perencanaan obyek wisata dan riset serta rute-rute perjalanan yang dapat menjamin keselamatan para peserta. Jarak dari penginapan ke obyek yang dituju harus disesuaikan dan dirangkai dalam suatu alur cerita dan acara yang telah dijadwalkan dengan baik. Perlu disediakan fasilitas penginapan mobil yang dapat menjangkau daerah-daerah pedalaman dengan fasilitas yang cukup memadai. Aktivitas yang dilakukan haruslah menyatu dengan aktivitas-aktivitas riset internasional dan event-event wisata global sehingga sasaran yang dituju lebih mudah tercapai.

c. PPLB

Pos Pemeriksaan Lintas Batas di kawasan riset dan wisata lingkungan perbatasan harus dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan standar yang berlaku (dilengkapi dengan fasilitas CIQ dan Security). Walaupun kawasan wisata lingkungan di perbatasan ini umumnya adalah kawasan-kawasan yang sulit dijangkau, fasilitas jalan merupakan persyaratan mutlak untuk perkembangan kawasan ini. PPLB di kawasan ini harus lebih teliti dalam pemeriksaan terutama karena kawasan ini memiliki keanekaragaman hayati yang kaya, sehingga pencurian berbagai spesies dan plasma nuftah yang dilindungi perlu diperketat. Fasilitas karantina harus benar-benar memadai tidak hanya untuk manusia, tetapi hewan dan tumbuh-tumbuhan.

d. Welcome Plaza

Sebagai layaknya kawasan wisata, sektor jasa sangat menonjol disini. Jasa

yang perlu ada terutama adalah penginapan, telekomunikasi dan jasa pemanduan. Berbagai aktivitas komersial disesuaikan dengan kebutuhan wisata lingkungan yang dikembangkan. Toko-toko yang menjual peralatan kemah, peta-peta lokasi serta buku pintar mengenai biologi dan keanekaragaman hayati harus ada dan mudah dijangkau para turis. Karena wisatawan yang datang ke kawasan ini umumnya akan tinggal dalam waktu yang lama, maka fasilitas penginapan dan prasarana publiknya juga harus disesuaikan, terutama fasilitas kesehatan. Selain menyiapkan kawasan yang ditata baik dan rute-rute perjalanannya, aktivitas yang juga harus dilakukan adalah:

- Menyiapkan event-event berkala yang kontinyu setiap tahun

- Menyusun berbagai arsip sejarah, penjelasan mengenai berbagai suku dan

budaya serta keragaman flora dan fauna serta hasil riset yang dilakukan

dalam ruang pameran di stasiun-stasiun riset yang dibangun

- Menyelenggarakan wisata riset dengan metode partisipasi di obyek-obyek

riset, lingkungan dan budaya.

  1. Model Kawasan Agropolitan

Kawasan agropolitan terbentuk akibat pemanfaatan lahan di negara tetangga sebagai kawasan budidaya yang berdampak pada investasi dan pemanfaatan lahan di Indonesia untuk keperluan yang sama. Karena awal pengembangannya merupakan kelanjutan dari perkebunan yang ada di negara tetangga serta orientasi pemasarannya masih ke negara tetangga, pola pengembangan spasialnya menjadi berbentuk koridor yang membentang sepanjang perbatasan. Agropolitan merupakan sistem manajemen dan tatanan terhadap suatu kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan bagi kegiatan ekonomi berbasis pertanian (agribisnis/agroindustri). Kawasan agropolitan diharapkan akan mendorong pengembangan ekonomi berbasis pertanian di wilayah hinterland, dan oleh karenanya perlu diciptakan suatu linkage antara kawasan agropolitan dengan wilayah hinterland.

Dalam kawasan agropolitan masyarakat diharapkan akan berubah dari masyarakat pertanian tradisional menjadi masyarakat perkebunan/pertanian komersial. Demikian pula desa-desa serta pemukimannya serta fasilitas di tingkat kecamatan mengarah pada penyediaan fasilitas pelayanan agropolitan, seperti tersedianya gudang-gudang sarana penyimpanan, pengawetan dan fasilitas pengangkutan. Pasar dari produk pertanian dan perkebunan yang dihasilkan dapat dipasarkan di kota-kota kecil perbatasan, baik didalam maupun luar negeri. Dengan berkembangnya kawasan agropolitan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan desa dan kota, serta mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing dari hulu sampai ke hilir beserta jasa penunjangnya. Dengan demikian nantinya dapat mengurangi kesenjangan kesejahteraan antarwilayah, antarkota dan desa, serta kesenjangan pendapatan masyarakat.

Kegiatan agribisnis yang dimaksudkan dalam hal ini mengacu pada pertanian dalam arti luas yang mencakup 4 (empat) sub-sektor, yaitu :

a. Sub-sektor agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yang meliputi pembibitan (pembenihan), agro-otomotif (mesin dan peralatan pertanian), agro-kimia (pupuk, pestisida, obat /vaksin ternak).

b. Sub-sektor agribisnis hilir (down-stream agribusiness), yang meliputi industriindustri pengolahan pertanian termasuk food service industry danperdagangannya.

c. Sub-sektor usaha tani/pertanian primer (on-farm agribusiness), yang mencakup usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan.

d. Sub-sektor jasa (off-farm agribusiness), yakni kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis seperti perkreditan, asuransi, transportasi, penelitian dan pengembangan, pendidikan, penyuluhan-konsultasi, infrastruktur dan kebijakan pemerintah

Sektor penggerak dan pendorong utama percepatan ekonomi masyarakat ini diharapkan akan memberikan efek dorongan kepada berbagai kegiatan dan sektor lainnya, baik sub sektor hulu maupun hilir, on-farm maupun off-farm dalam sistem agrobisnis dan agroindustri yang terkait. Oleh karenanya, ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung program pengembangan sistem dan usaha agribisnis di kawasan agropolitan menjadi sangat penting. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan antara lain berupa jalan, irigasi, dan pasar. Model pengembangan koridor agropolitan oleh pemerintah harus dilakukan secara berkelanjutan dan memperhatikan daya dukung kawasan untuk menghindari perusakan lingkungan serta faktor keamanan perbatasan. Pusat-pusat pelayanan agropolitan terdiri dari:

a. Desa Kebun

Desa-desa pertanian/perkebunan, dimana fungsinya adalah sebagai kawasan pemukiman petani, dengan berbagai fasilitas publik seperti sekolah, balai kesehatan, toko/warung dan fasilitas permukiman lainnya. Kawasan desa tani/ kebun ini didominasi oleh kawasan permukiman dan jasa publik lainnya dari lahan-lahan pertanian/perkebunan yang ada. Pembentukan budaya masyarakat kebun/tani pada pengembangan agropolitan menjadi lebih mudah karena banyaknya tenaga kerja Indonesia yang sudah berpengalaman kerja di perkebunan-perkebunan di Malaysia yang membuka perkebunan di Indonesia. Selain itu banyak perkebunan di wilayah Indonesia yang dibangun oleh investor dari Malaysia. Kesamaan budaya, adat istiadat dan bahasa akan memudahkan proses bisnis dan perdagangan yang terjadi di perbatasan. Desa kebun ini merupakan kawasan pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian) yang memberi kontribusi terhadap pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat.

b. Pusat Pelayanan Agropolitan

Pusat pelayanan agropolitan merupakan pusat pengolahan sementara, koleksi dan distribusi hasil-hasil pertanian dan perkebunan. Fasilitas produksi yang ada disini seperti gudang penyimpanan, toko pertanian/kebun yang melayani beberapa desa agropolitan. Selain itu, juga perlu ada unit-unit pengawetan seperti cold storage, sistem fermentasi coklat, ataupun pengolah Crude Palm Oil (CPO) skala kecil. Kegiatan industri penunjang yang muncul adalah skala kecil dan menengah. Pusat pelayanan agropolitan merupakan tempat di sekitar koridor agropolitan (kota pertanian) yang dimaksudkan sebagai pusat berbagai aktifitas yang terkait dengan pengembangan agrobisnis. Dengan semakin tumbuh dan berkembangnya kawasan agropolitan karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis, maka perlu dibentuk pusat pelayanan agropolitan yang nantinya dapat berfungsi sebagai sentral pengembangan dan pengelolaan pembangunan pertanian di kawasan agropolitan.

 
Free Our Soul ◄Design by Pocket, BlogBulk Blogger Templates