Jumat, 04 Desember 2009

Kajian Perbatasan ( BAB II )

Jumat, 04 Desember 2009

KONDISI WILAYAH PERBATASAN

GEOGRAFIS WILAYAH PERBATASAN.

Posisi strategis yang dimiliki wilayah perbatasan kalimantan khususnya Kabupaten Kapuas Hulu belum dieksploitasi dengan baik untuk kesejahteraan masyarakat dan devisa negara karena perannya sebagai security belt sangat menonjol yang memang sangat diperlukan untuk masa mendatang. Hal ini mengakibatkan wilayah perbatasan menjadi terabaikan dan dianggap sebagai wilayah yang harus dijaga keamanannya. Dengan kondisi tertinggal, terpencil serta terbatasnya sarana dan prasarana serta harus berhadapan dengan wilayah permukiman yang memiliki sarana dan prasarana yang baik serta kemampuan sumberdaya manusia yang tinggi, maka terjadilah hubungan sosial ekonomi yang timpang, yang mengakibatkan kerugian di sisi Indonesia. Kondisi ini apabila dibiarkan, akan menimbulkan dampak yang kurang baik, terutama citra Indonesia yang semakin terpuruk di dunia internasional. Wilayah perbatasan di Malaysia mempunyai karakeristik geografis yang sama dengan wilayah perbatasan di Indonesia. Namun dibandingkan dengan Indonesia, kondisi wilayah perbatasan Malaysia di Pulau Kalimantan jauh lebih berkembang.

Secara umum potensi daerah perbatasan yang dimiliki Kabupaten Kapuas Hulu hampir memiliki karakteristik yang sama dengan kabupaten kabupaten perbatasan lainnya kecuali untuk sektor perikanan air tawar. Wilayah perbatasan Kabupaten Kapuas Hulu terdiri atas 5 (lima) kecamatan yang berada di sepanjang wilayah lintas utara. Kecamatan-kecamatan tersebut terdiri dari Kecamatan Puring Kencana, Empanang, Badau, Batang Lupar, dan Embaloh Hulu

SDA DAN LINGKUNGAN

a. Sumber Daya Hutan Dan Konservasi

Sebagian besar wilayah perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu merupakan hutan lindung dan berfungsi sebagai resapan air. Hutan lindung yang ada di perbatasan ada yang sudah berstatus sebagai Taman Nasional seperti Taman Nasional Betung Karihun dan Taman Nasional Danau Lanjak (Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat) Luas Kabupaten Kapuas Hulu meliputi 29.842 km2 dan dari luas kawasan tersebut, seluas 1.528.250 ha atau sekitar 51% merupakan kawasan lindung. Kawasan lindung ini meliputi Taman Nasional Betung Kerihun (seluas 800.000 ha), suaka marga satwa danau Sentarum (125.000 ha), hutan lindung (526.022 ha), daerah resapan air (67.146 ha) dan lahan gambut (10.082 ha). Sedangkan wilayah budidaya hanya seluas 1.455.850 ha atau 48,79% yang digunakan bagi kegiatan pertanian, perkebunan, permukiman dan ladang berpindah.

b. Sumberdaya Air

Wilayah perbatasan Kabupaten Kapuas Hulu merupakan hulu dari sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan seperti Kapuas dan Mahakam. Kabupaten Kapuas Hulu yang merupakan hulu dari Sungai Kapuas dan Landak terdapat danau yang sangat potensial dikembangkan sebagai wisata alam seperti Danau Lanjak yang berada di Taman Nasional Betung Karihun. Curah hujan di wilayah perbatasan Kabupaten Kapuas Hulu berkisar antara 2500 – 3000 mm pertahun di pantai barat sampai pada curah hujan diatas 4500 mm per tahun. Anak Sungai Kapuas ini melintasi 3 (tiga) Kabupaten Perbatasan yaitu Sanggau, Sintang dan Kapuas Hulu sendiri. Di Sanggau, anak Sungai Kapuas ini diantaranya adalah: Sungai Mengkiang, Sekayam, Kembayan, Sekadau, Belitang, dan Tayan. Sungai ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari, pertanian dan transportasi.

c. Pertanian dan Peternakan

Untuk pertanian tanaman pangan, pola usaha yang diterapkan masyarakat masih bersifat tradisional, yaitu pola ladang yang berpindah. Sarana irigasi yang diperlukan untuk pertanian menetap (sawah) belum dimanfaatkan secara optimal. Peralihan pola pertanian, dari berpindah menjadi pola menetap dihadapkan pada pola hidup dan kebiasaan masyarakat yang berbeda serta minimnya sarana produksi yang tersedia. Hasil pertanian lainnya berupa ubiubian dan palawija masih sangat terbatas dan belum dikelola secara komersial. Kalaupun ada masyarakat yang mengusahakannya masih terbatas pada pemenuhan kebutuhan serta permasalahan terbatas di lingkungan sendiri. Untuk peternakan, masih bersifat tradisional dan hanya untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan, belum berorientasi pada pemasaran. Ternak yang dipelihara berupa ayam, babi dan sapi.

d. Bahan Tambang dan Sumberdaya Mineral

Kabupaten Kapuas Hulu memiliki cukup banyak cadangan bahan tambang, antara lain minyak bumi, batu bara, uranium, emas, air raksa, gipsum, talk, antimoni, mika dan kalsitMinyak bumi terdapat di cekungan Ketungau daerah perbatasan dengan kabupaten Sintang meluas ke timur sampai pegunungan Muller. Sedangkan batu bara ditemukan di dua lokasi utama yaitu daerah hulu sungai Embaloh dan Silat Hilir meluas sampai pegunungan Muller di kecamatan Manday. Selain itu terdapat bahan baku energi berupa lahan gambut seluas 10.082 ha dengan kedalaman sangat bervariasi. Uranium sebagai zat radioaktif terdapat di kecamatan Putussibau. Kandungan emas utamanya terdapat di daerah Embaloh serta sepanjang sungai Bunut beserta anak-anak sungainya. Air raksa (cinabar) diindikasikan terdapat di sungai Boyan, sungai Meru dan sungai Betung. Antimoni dijumpai pada umumnya dalam bentuk stibnit yang diindikasikan terdapat di sekitar sungai Meru, daerah Sibau, sungai Selimbau, bukit Undau dan sungai Janang.

e. Potensi Wisata

Wilayah perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu memiliki berbagai macam potensi bidang kepariwisataan, baik wisata alam maupun wisata budaya. Wisata budaya sebagaimana telah disebutkan terdahulu berupa kekayaan nilai-nilai tradisional yang masih melekat secara kuat dalam kehidupan sehari-hari. Obyek wisata budaya setempat yang ada antara lain berupa rumah betang panjang (long house) serta kesenian tradisional dari masing-masing anak suku yang ada di kabupaten Kapuas Hulu. Potensi wisata alam banyak terdapat di kabupaten Kapuas Hulu, antara lain berupa air terjun (water fall), arung jeram, maupun gua-gua alam. Potensi wisata alam yang telah diakui oleh dunia internasional adalah Taman Nasional Betung Kerihun dan Taman Nasional Danau Sentarum. Taman Nasional Betung Kerihun merupakan salah satu hutan dunia yang memiliki ke-anekaragaman hayati terlengkap, selain itu diakui sebagai salah satu hutan dunia yang penting untuk dipertahankan sebagai paru-paru dunia. Spesies yang ada di Taman Nasional Betung Kerihun adalah jenis satwa liar yang umumnya berstatus dilindungi seperti orang utan, Rangkong serta kurang lebih 301 jenis burung. Selain itu terdapat pula jenis mamalia seperti beruang madu, rusa samban, kijang, kucing hutan, berang-berang dan sebagainya. Sedangkan Taman Nasional Danau Sentarum merupakan salah satu danau yang memiliki spesies ikan air tawar terlengkap di dunia.

f. Ikan Air Tawar

Untuk perikanan air tawar, sebagian besar bersumber dari ikan tangkapan di sungai dan danau. Budidaya ikan konsumsi dan ikan hias masih sangat terbatas jumlah dan jenisnya dan sebagian besar berupa keramba sungai dan danau yang ada sebagian besar berhulu di wilayah perbatasan. Pada dasarnya Kabupaten Kapuas Hulu memiliki sumberdaya perikanan yang sangat potensial dibanding kabupaten lainnya. Luas perairan danau mencapai 12.885 ha, yang sebagian besar terletak di kecamatan Embaloh Hilir (5.509 ha) dan kecamatan Selimbau (3.102,65 ha). Dari jenis-jenis ikan yang pernah ditemukan terdapat 42 jenis ikan mas dan 33 jenis kelompok ikan lele-lelean. Selain ikan konsumsi terdapat pula jenis ikan hias yang bernilai jual tinggi seperti Arwana, Ulang-uli, Betutu, dan sebagainya. Produksi ikan perairan umum pada tahun 1997 berjumlah 13.330,80 ton, sedangkan dari hasil budidaya di kolam, pagong alam dan karamba berjumlah 1.798,70 ton.

EKONOMI PERBATASAN

a. Ekonomi wilayah

Sebagian besar penduduk di wilayah perbatasan bermata pencaharian di bidang pertanian. Petani yang ada sebagian besar masih bercocok-tanam dengan sistem ladang berpindah. Selain itu terdapat pula kelompok masyarakat perambah hutan yang mencari hasil hutan sebagai mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan hidup

b. Perdagangan Lintas Batas

Untuk melihat kegiatan perekonomian di pos lintas batas, dapat dilihat dari banyaknya kendaraan yang keluar dan masuk melalui pintu perbatasan. Untuk Kabupaten Kapuas Hulu belum dapat di data secara formal karena pos lintas batas masih belum diaktifkan. Acuan lain dari tingginya kegiatan perekonomian di perbatasan dapat dilihat pula dari arus nilai barang yang terjadi. Perdagangan lintas batas yang terjadi di Kabupaten Kapuas Hulu secara umum masih terlihat satu arah, dimana masyarakat perbatasan di 5 (lima) kecamatan membeli barang kebutuhan sehari-hari di wilayah Malaysia, dan kondisi ini kurang dilakukan oleh negara tetangga.

KEPENDUDUKAN DAN SOSIAL BUDAYA

a. Penduduk dan Budaya

Jumlah penduduk perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu masih sangat terbatas (lihat data BPS). Dengan luas wilayah yang cukup luas meliputi 5 kecamatan, jumlah ini relatif cukup kecil dilihat dari kepadatan atau rata-rata jiwa per kilometer persegi. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa salah satu persoalan bagi daerah perbatasan adalah kurangnya sumberdaya manusia untuk mengisi dan melaksanakan pembangunan di daerah terlihat dari jumlah penduduk di wilayah perbatasan Kabupaten Kapuas Hulu relatif kecil dengan persebaran penduduk yang tidak merata. Kondisi di lapangan menunjukkan pusat-pusat permukiman masyarakat tersebar dalam kelompok-kelompok kecil dan tidak merata. Potensi budaya kedua suku mayoritas di wilayah perbatasan antara lain meliputi:

a) Rumah Betang Panjang suku Dayak yang tersebar di beberapa kecamatan. Rumah Betang Panjang di Sungai Ulok Palin Kecamatan Embaloh Hilir merupakan rumah betang panjang tertua dan terpanjang yang ada di Kalimantan Barat

b) Tenunan khas suku Dayak

c) Anyam-anyaman rotan dan manik-manik

d) Seni budaya tradisional masing-masing anak Suku Dayak dan Melayu.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah perbatasan relatif lebih rendah. Persebaran sarana dan prasarana pendidikan yang tidak dapat menjangkau desadesa yang letaknya tersebar dengan jarak yang berjauhan, mengakibatkan pelayanan pendidikan di wilayah perbatasan tertinggal dibanding daerah lain. Di samping sarana pendidikan yang sangat terbatas, minat penduduk terhadap pendidikan pun masih relatif rendah. Fenomena ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk daerah perbatasan yang meninggalkan desa untuk bersekolah namun tidak menamatkan sekolahnya Sebagai akibat rendahnya tingkat pendidikan dan mudahnya akses informasi yang diterima dari negara tetangga maka orientasi kehidupan seharihari penduduk di perbatasan lebih mengacu kepada negara tetanggadibanding kepada Indonesia. Kondisi ini tentunya sangat tidak baik terhadap rasa kebangsaan dan potensial memunculkan aspirasi disintegrasi.

c. Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial

Budaya hidup sehat masyarakat di wilayah perbatasan umumnya masih belum berkembang. Hal ini disebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan dan pencegahan penyakit yang diperburuk lagi dengan keterbatasan sarana dan prasarana kesehatan serta tenaga medis. Sebelum tahun 1980-an banyak penduduk perbatasan yang berobat ke Serawak karena mudah dijangkau dan biayanya lebih murah. Namun saat ini jumlah penduduk Indonesia di perbatasan yang berobat ke Sarawak semakin sedikit karena setiap kecamatan kini telah memiliki puskesmas. Selain itu dengan semakin intensifnya penanganan pemerintah di sektor kesehatan maka perilaku hidup sehat pada masyarakat secara berangsur-angsur mulai meningkat.

INFRASTRUKTUR PERBATASAN

Perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu memiliki karakteristik yang berbeda dengan wilayah perbatasan lain. Dengan medan yang relatif datar dan bergelombang, wilayah perbatasan Kabupaten Kapuas Hulu sangat memungkinkan dibangun jalan raya sejajar perbatasan. Namum di wilayah perbatasan Kabupaten Kapuas Hulu, sarana dan prasarana transpotasi yang menghubungkan antar kecamatan dan ibukota kabupaten masih sangat minim. Jalan lintas utara sebagai jalan yang menghubungkan antar kecamatan di daerah perbatasan Kabupaten Kapuas Hulu sepanjang 260.240 km. Kondisi jalan sebagian besar rusak dan sarana transportasi masih terbatas menyebabkan tingginya tarif angkutan umum. Rute angkutan kendaraan umum terdiri dari: Putussibau - Badau dan Putussibau - Benoa Martinus. Sedangkan fasilitas terminal angkutan umum belum tersedia.

Berdasarkan kondisi existing di atas, permasalahan wilayah perbatasan dapat dibagi menjadi beberapa karakteristik pokok permasalahan, antara lain :

- Karakteristik Fisik dan Infrastruktur

  1. Batas fisik wilayah negara di kawasan perbatasan sangat memprihatinkan, karena banyak patok/ pilar batas yang hilang dan sebagian besar kondisinya kurang baik.
  2. Kawasan perbatasan darat pada umumnya berada di kawasan terisolir dan pedalaman dengan kondisi alam yang sulit dijangkau.
  3. Hutan yang ada di sepanjang kawasan perbatasan umumnya hutan alam dan sebagian besar dikategorikan sebagai kawasan konservasi atau kawasan lindung dengan kandungan keanekaragaman hayati yang tinggi.
  4. Infrastruktur di kawasan perbatasan relatif masih sangat terbatas dan perlu penanganan yang serius, terutama untuk bidang pendidikan, kesehatan, perhubungan, telekomunikasi dan informasi serta pemukiman.
  5. PPLB belum memadai serta belum dapat digunakan secara maksimal bila dibandingkan dengan cakupan luas kawasan perbatasan.

- Karakteristik Sosial Ekonomi

  1. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia, terutama dari segi pendidikan.
  2. Penduduk di perbatasan umumnya memiliki hubungan kekerabatan dengan penduduk di kawasan perbatasan negara tetangga, bahkan tempat tinggal mereka berada di tengah-tengah perbatasan antara kedua negara.
  3. Terdapatnya kesenjangan sosial yang tinggi antara penduduk di perbatasan dengan penduduk di negara tetangga.
  4. Aktifitas perdagangan ilegal dan penyelundupan di kawasan perbatasan cukup tinggi.
  5. Nilai tambah produk, terutama yang berasal dari sumberdaya alam masih minim, sedangkan nilai tambah dalam bentuk hasil industri pengolahan dinikmati oleh negara tetangga.
  6. Mata pencaharian penduduk di kawasan perbatasan sebagian besar adalah petani, pekebun dan nelayan.
  7. Sistem perdagangan antar penduduk di kawasan perbatasan masih bersifat tradisional, karena belum memadainya infrastruktur perekonomian (seperti bank dan pasar).
  8. Pendapatan (hasil usaha) yang diperoleh sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan primer keluarga (kebutuhan pokok).
  9. Rendahnya aktifitas dan efektifitas ekonomi masyarakat di kawasan perbatasan.
  10. Alokasi dana pembangunan kawasan perbatasan hingga kini relatif masih kecil.

- Karakteristik Sumberdaya Alam

  1. Kawasan perbatasan kaya akan potensi sumberdaya alam, seperti pertambangan, kehutanan, perkebunan/pertanian, perikanan, keindahan alam dan keragaman hayati.
  2. Pemanfaatan sumberdaya alam relatif kurang terkendali terutama eksploitasi hutan dan kawasan lindung secara ilegal.
  3. Sumberdaya alam belum terkelola dengan baik, sehingga mengakibatkan semakin meningkatnya kerusakan lingkungan.

- Karakteristik Pertahanan

  1. Adanya kegiatan penyelundupan barang.
  2. Rentannya persoalan yang terkait dengan nasionalisme penduduk karena kurangnya informasi yang masuk dari Indonesia.
  3. Rendahnya penegakkan supremasi hukum, akibat sangat kurangnya tenaga penegak hukum yang bertugas di daerah perbatasan.
  4. Derasnya informasi dan komunikasi dari negara tetangga (Malaysia) menyebabkan masyarakat di kawasan perbatasan lebih mengenal negara tetangga dibandingkan negara sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Our Soul ◄Design by Pocket, BlogBulk Blogger Templates